IQNA

Kedudukan Pilihan Kolektif dalam Islam/ Batas Pemikiran Rasional dan Pemikiran ISIS

8:16 - August 11, 2022
Berita ID: 3477145
TEHERAN (IQNA) - Mengambil keuntungan dari akal kolektif adalah salah satu cara untuk meningkatkan kemauan untuk selektivitas. Meskipun dengan tindakan ini, kita tidak bisa mengatakan bahwa 100% pilihan kolektif itu benar, tetapi dapat dikatakan bahwa hal itu dapat dipertahankan.

Hujjatul Islam wal Muslimin Seyyed Abbas Qaim-Maqami, dalam ceramahnya “Asyura dan Perlunya Membaca Ulang Masalah Sosial”, mengatakan beberapa hal tentang selektivitas dan harkat manusia dalam Alquran, yang dapat dibaca di bawah ini:

Selektivitas berkaitan dengan harkat dan martabat inheren manusia, dan membangun hubungan langsung antara selektivitas dan harkat inheren manusia, yang difirmankan Allah dalam Alquran, memiliki efek penting yang dapat mengarah pada pendekatan baru teologis, religius, fikih, etika, dan kosmologis.

Karena pilihan-pilihan manusia itu disertai dengan kesalahan dan kekeliruan serta bersifat merusak, di sini sebagian orang melihat pemecahannya dengan membatasi prinsip pilihan manusia dan tidak menerima bahwa dalam dunia perundang-undangan dan dalam kehidupan bermasyarakat, manusia bertindak dan mengambil keputusan berdasarkan pilihannya sendiri. Ini adalah ucapan yang salah dan berarti penentangan terhadap tabiat dan ciptaan Tuhan, dan demikian juga mishdaq dari kemusyrikan.

Tentu saja, pilihan manusia disertai dengan kesalahan dan bersifat merusak. Alquran telah menyatakan masalah ini berkali-kali:

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia” (QS.Ar-Rum: 41). Apa yang harus kita lakukan? Bisakah kita tidak memiliki hambatan tentang pilihan manusia?

Perbedaan selektivitas dan kemauan manusia

Poin utamanya adalah memperhatikan perbedaan antara proses "seleksivitas" dan kategori "kemauan". Kebanyakan kerusakan muncul dari kemauan, bukan selektivitas. Oleh karena itu, untuk meningkatkan jenjang kemauan dan mendekati tahap selektivitas, Anda harus memikirkan langkah-langkahnya. Poin terpenting dalam bagian ini adalah perlunya pencerahan sebagai sebuah kewajiban dan hak bagi semua anggota masyarakat, hal yang disebutkan dalam Alquran sebagai amar ma'ruf dan nahi munkar.

Amar makruf adalah hak pencerahan dimana manusia dapat mengambil manfaat darinya. Tentu saja, amar makruf tidak berarti fudhul (penasaran) terhadap pekerjaan orang lain. Fudhuli adalah tempat di mana Anda ingin menjelaskan urusan pribadi dan privasi orang lain, yaitu area konseling. Jadi, saya harus berkonsultasi dengan orang lain dalam posisi mengambil keputusan agar tingkat keputusan saya mencapai dari tingkat kemauan ke tingkat selektivitas.

Mengikuti kehendak kolektif

Beberapa pilihan manusia bersifat fundamental dan menentukan. Ketika Anda menempatkan diri Anda dalam hubungan dengan orang lain, Anda setuju untuk membuat keputusan berdasarkan akal kolektif; akal kolektif itu adalah akal Anda. Ketika Alquran mengatakan bahwa orang-orang berakal adalah masha’ (bersama), bukan berarti meliburkan akal mereka sendiri, melainkan mereka dimasukkan ke dalam kelompok dan dengan pilihan mereka sendiri, akal mereka telah tumbuh dan keinginan mereka telah meningkat. Semua hal ini sejalan dengan meningkatkan kemauan untuk selektivitas untuk mengurangi sifat merusak.

Jika kita melakukan ini, kita masih tidak bisa mengatakan bahwa 100% pilihan kolektif itu benar, tetapi kita dapat mengatakan bahwa itu dapat dipertahankan. Dalam fikih kita, dibedakan antara "Haqqaniyyat" dan "Hujjiyyat". Kami tidak mencari kebenaran di bidang pengambilan keputusan manusia. Ini adalah batas antara pemikiran rasional dan pemikiran ISIS. Kami tidak mencari kebenaran untuk memastikan 100% bahwa pekerjaan kami sesuai dengan kebenaran, tetapi kami ingin menggunakan semua kapasitas dan kemungkinan yang tersedia untuk mengetahui kebenaran.

Hasil dari pekerjaan ini adalah bahwa pada saat ini, Anda telah memenuhi tanggung jawab Anda untuk mencapai kebenaran dan itu sudah cukup. Tawakkul di sini adalah alasan mengapa manusia melakukan kesalahan. Jika Anda bertawakkal dan melakukan kesalahan, Tuhan akan memberikan kompensasi atas kesalahan Anda.

Jadi, dengan mekanisme ini, kemauan harus diangkat ke tingkat seleksivitas. Ketika sudah terangkat; pertama, kemungkinan salahannya kecil, dan kedua, jika dimungkinan salah maka tidak parah dan menyedihkan. Ini adalah metode rasional yang dapat dipertahankan dan dianggap sebagai hujjah. Hujjah adalah sesuatu yang dapat dijadikan sebagai dalil dan memiliki sifat persuasif yang memuaskan. Satu-satunya hal yang memiliki khasiat persuasi dan persuasif adalah akal kolektif. Apa yang memiliki sifat persuasi, tetapi tidak memiliki sifat persuasif adalah akal individu.

 

4077112

 

captcha