IQNA

Politisisasi dalam Musabaqoh DIHQA/ Diskualifikasi Delegasi Qatar dan Somalia

17:44 - June 15, 2017
Berita ID: 3471333
DUBAI (IQNA) - Pasca pemutusan hubungan diplomasi beberapa negara Arab dengan Qatar, para pengurus Emirat dalam sebuah aksi fanatisme dan antipati, mendiskualifikasi delegasi negara Somalia dan Qatar dalam musabaqoh DIHQA ke 21.

Menurut laporan IQNA seperti dikutip dari arabi21.com, pasca aksi koordinasi Arab Saudi dan beberapa negara Arab dalam memutus hubungan semua aspek dengan Qatar dengan dalih dukungan negara ini ke kelompok ekstrem dan teroris, berimbas pada kehidupan sejumlah masyarakat Qatar di negara-negara Teluk Persia.

Dalam hal ini, para pengurus Emirat dalam sebuah aksi fanatisme dan tidak diharapkan, mengeluarkan Ismail Omar Madar, delegasi negara Somalia dalam musabaqoh DIHQA ke 21, yang termasuk kompetitor terbaik.

Netralitas negara Somalia atas krisis Qatar dan ketidakikutsertaannya dengan fraksi anti Qatar, merupakan motivasi para pengurus Emirat dalam aksi anti Qurani dan anti nilai ini.

Pasca ketegangan diplomasi antar negara-negara Arab, Muhammad Abdullah Ahmad Abdullah Kano, delegasi Qatar dalam kompetisi ini juga dikarenakan masyarakat Emirat menamakan Dukungan Qatar atas teroris dan intervensi dalam keamanan nasionalnya, dihapus dari kancah musabaqoh dan menurut penuturan para saksi, ia terpaksa meninggalkan Doha.

Tindakan ini berlangsung dimana musabaqoh DIHQA dalam sepanjang tahun terakhir sangat terimbas dari masalah dan sikap-sikap politik dan ini juga adalah hal yang selalu ditekankan para delegasi Iran dalam periode-periode sebelumnya.

Intervensi masalah politik dalam fenomena agung spiritual ini dan kompetisi dengan nama kalam wahyu Ilahi adalah hal yang sangat miris dan menunjukkan puncak antipati para pejabat dan pengurus sebagian negara-negara arogan Arab.

Demikian juga, pemilihan tokoh tahun Islam dimana termasuk bagian dari musabaqoh DIHQA, dimana para pengurus penyelenggara musabaqoh tahun ini, dalam sebuah kinerja yang benar-benar politik, memilih Salman bin Abdulaziz Al Saud, raja Saudi, yang tangannya berlumuran darah ribuan warga tak berdosa di Yaman, Irak, dan Suriah untuk gelar ini.

Pilihan ini menunjukkan nuansa politik yang benar-benar mendominasi musabaqoh DIHQA, karena aksi dan keputusan raja Saudi dari mulai pelantikan sampai sekarang melanggar kemasalahatan-kemaslahatan umat Islam dan hasilnya tak lain adalah instabilitas, huru hara, dan penghancuran untuk sebuah kawasan dari dunia Islam.

Demikian juga, dukungan finansial – persenjataan rezim Saudi atas gerakan takfiri – teroris kawasan pada tahun-tahun terakhir, telah merusak kondisi kaum muslim di sebagian kawasan dunia Islam dan pemberian gelar ini oleh lembaga internasional DIHQA ke raja Salman adalah hal yang sangat mengherankan dan perlu perenungan.

Ismail Omar Madar, delegasi Somalia mengatakan, saya memprediksikan akan meraih peringkat pertama atau kedua, namun sangat disayangkan saya didiskualifikasi, sementara saya tidak tahu apa yang sedang terjadi, namun saya tetap bersyukur kepada Allah swt.

Sementara para pengurus Emirat hanya memberi waktu sepuluh menit kepada delegasi Somalia, untuk meninggalkan auditorium musabaqoh!

Diskualifikasi delegasi Somalia dari musabaqoh DIHQA setelah Emirat juga menghimbau Duta Besarnya dalam memprotes sikap tidak adil Somalia terhadap krisis Qatar dari Mogadisho.

Demikian juga para netizen mengumumkan diskualifikasi delegasi Somalia dari musabaqoh DIHQA dikarenakan ketidakmauan negara ini dalam memutus hubungan dengan Qatar.

Dalam hal ini, harian Somal Today, banyak tekanan dari Emirat dan Arab Saudi atas pemerintah Somalia untuk merubah sikap ketidakberpihakannya atas pengepungan negara Qatar dan pemutusan hubungan semua aspek sebagian negara-negara Arab dengan negara ini.

Dalam laporan harian ini dipaparkan, Arab Saudi mengancam apabila pemerintah Somalia tidak merubah sikap netralitasnya, maka akan menghapus janji bantuan-bantuan finansial untuk pemerintah negara ini, sementara pemerintah Somalia masih tetap terus menyelesaikan krisis yang ada lewat dialog dengan pengawasan Organisasi Kerjasama Islam dan Liga Arab.

Minggu, satu dewan Qatar juga dengan diketuai Sultan bin Saad al-Muraikhi, Menteri Penasehat dalam Urusan Luar Negeri Qatar melakukan lawatan ke negara ini untuk berdialog dengan para pejabat Somalia terkait krisis Qatar saat ini.

Musabaqoh DIHQA ke 21 dibuka hari Sabtu, dalam bentuk pidato dan seminar, bersamaan dengan dimulainya bulan suci Ramadhan di markas industry dan komersial negara Emirat di Dubai, namun bagian kompetisi ini dimulai dari hari Kamis Ramadhan, dengan dihadiri para delegasi dari 100 negara, dalam kategori hafalan seluruh al-Quran.

Ali Feizi, delegasi negara Iran dalam musabaqoh ini.

Di penghujung musabaqoh DIHQA, juga diselenggarakan kompetisi dengan topik Suara Terindah, yang diagendakan hadiah khusus untuk para hafiz al-Quran yang memiliki suara indah.

Ali Feizi, hafiz remaja seluruh al-Quran dan delegasi negara Iran dalam musabaqoh DIHQA ke 21 menjawab pertanyaan dewan juri pada 4 Juni lalu, dalam dua sesi, setelah Zhuhur dan malam hari.

http://iqna.ir/fa/news/3609272

captcha